sunrise yang tertinggal di mimpi
Jumat malam, kami berangkat — delapan orang, delapan versi semangat yang berbeda. Ini kali pertama aku pergi bersama teman-teman kantor, dan entah kenapa rasanya agak canggung tapi juga seru. Kami naik motor bersama menuju Dieng. Malam itu gerimis, kabut turun pelan, dan udara dingin mulai menggigit bahkan sebelum sampai. Jam menunjukkan pukul 23.30 ketika akhirnya kami tiba di basecamp. Selesai registrasi dan beres mencari tempat, kami menggelar sleeping bag seadanya. Rencananya, cuma istirahat sebentar biar bisa ngejar sunrise di puncak. Tapi ternyata tidur di udara dingin itu nikmatnya nggak main-main. Alarm berbunyi berkali-kali, tapi cuma jadi musik latar mimpi. Sunrise yang kami kejar ternyata cuma bisa dinikmati di mimpi. Kami baru benar-benar bangun pukul 06.30 — telat jauh dari ekspektasi. Setelah mandi kilat, menyiapkan logistik, dan berdoa, kami mulai berjalan. Jalur awalnya melewati ladang kol dan kentang yang rapi seperti mosaik hijau. Sekitar lima belas menit kemudian k...