kata-kata berbahaya

Aku sering heran kenapa orang begitu mudah bicara tentang love language. Seolah-olah cinta bisa diringkas jadi lima kategori rapi seperti di buku pegangan. Padahal bagiku, cinta tidak pernah sesederhana itu. Apalagi kalau sejak kecil aku tidak tumbuh di rumah yang mengenalkan cinta lewat kata-kata.

Karena jujur saja, aku tidak tumbuh di rumah yang penuh kata-kata manis. Aku tidak terbiasa mendengar “aku sayang kamu” di meja makan, atau ucapan “kamu hebat” setiap kali berhasil melakukan sesuatu. Di rumah, cinta bukan lewat kata. Cinta itu dibungkus dalam hal-hal lain: piring nasi yang sudah tersaji, listrik yang tetap menyala, pakaian yang selalu bersih.

Jadi jangan salahkan aku jika kini aku canggung. Aku bukan orang yang pandai mengekspresikan cinta lewat kata. Bagiku, kata itu tipis, rapuh, bisa hilang terbawa angin. Aku lebih percaya pada hal-hal kecil yang kasat mata: memastikan orang lain makan lebih dulu, menyiapkan sesuatu sebelum diminta, atau sekadar diam menemani.

Kadang aku iri juga, pada mereka yang bisa dengan mudah menulis “I love you” sepuluh kali sehari. Pada mereka yang bisa menangis sambil berkata “aku butuh kamu” tanpa malu. Aku? Aku malah membeku, bingung, menelan semua yang ada di dada. Karena di kepalaku selalu ada suara yang berkata: kata-kata itu tak menjamin apa-apa. Kata-kata bisa palsu. Kata-kata bisa menusuk. Kata-kata pernah kupelajari di rumah sebagai sesuatu yang… berbahaya.

Tapi bukan berarti aku tidak bisa mencintai. Aku hanya mencintai dengan caraku sendiri, caraku yang sering kali tidak terlihat. Aku mencintai lewat tindakan-tindakan kecil yang kadang kamu tidak sadar. Lewat perhatian yang tidak pernah aku umumkan. Lewat kehadiran yang mungkin terasa biasa, tapi sebenarnya itu satu-satunya hal yang bisa aku beri.

Dan ya, aku tahu itu kadang menyulitkanmu. Kau menunggu kata-kata yang tidak pernah keluar dari mulutku. Kau menunggu pengakuan yang tidak bisa kuberi. Aku tahu. Tapi percaya atau tidak, cinta itu ada. Ia hanya tidak pandai bicara.

Mungkin, kalau kau cukup sabar, kau akan tahu: cinta versiku bukan dari lidahku, tapi dari segala hal kecil yang diam-diam aku lakukan untukmu.

Postingan populer dari blog ini

apa aku boleh bahagia?

semua karena bacotmu yang jahat.

orang hanya percaya dengan apa yang mereka lihat