seharusnya kamu bahagia kalau aku tidak mengganggumu (lagi)

Dering telepon berbunyi. Jam segini rasanya jarang urusan pribadi menghampiriku. Paling orang-orang yang berkaitan dengan pekerjaan yang mencari. Aku mengjangkau ponselku yang tak terlalu jauh kugeletakan. Tercantum namamu di layar ponsel. Semua masih sama. Aku tak merubah apapun sejak tak lagi ada apa-apa diantara kita. Kuhembusan napas panjang, mencoba menurunkan heart rate yang mendadak naik. 

"Kukira semua sudah berlalu, ada apalagi kamu menghubungiku? Tak usah di angkat," ujar kepalaku. Tapi ternyata rasa ingin tahuku lebih menggebu. 

"Apa?" Tanyaku tanpa basa-basi walau nada bicaraku tak menghentak seperti biasanya.

"Aman, kan?" ucapnya dengan nada datar dan tenang seperti dia biasanya.

Kepalaku mendadak kosong, lidahku kelu. "Aman," jawabku sekenanya.

Dari hembusan napasnya yang berat, sepertinya jawabanku tak sesuai ekspektasinya. Aku yang biasanya tak seperti itu. Aku sering mengulur jawabanku agar bisa berlama-lama mengobrol dengannya namun kali ini aku sudah membulatkan tekad untuk tidak kembali dengannya lagi.

"Kalau ada apa-apa kabari, ya!" ujarnya. 

Tanda basa-basi aku memencet tombol merah. Aku sudah tak tahu lagi harus berkata apa. Lagipula ini juga jam kerja, tak enak kalau sampai terdengar yang lain. Walau memang terkadang sebagian dari mereka mencuri-curi bicara seperti itu.

Jujur aku sudah muak dengan kalimat itu. Rasanya seperti de javu. Kesannya seperti kamu mau aku masih tergantung padamu tapi kamu tak mau kalau aku ada disekitarmu. Bukan seharusnya kamu bahagia kalau aku tidak mengganggumu lagi.

Padahal kamu tahu kalau aku bodoh dan tak peka tapi kenapa masih pakai kode-kode. Banyak sinyal-sinyal yang kamu tebar tak sampai kepadaku. Banyak hal yang aku lewatkan karena cara berkomunikasimu yang kusebut unik itu. Sudahlah, memang banyak hal yang buat kita tak bisa bersama. Mungkin ini cara Tuhan buatku untuk melawatkanmu.




Postingan populer dari blog ini

orang hanya percaya dengan apa yang mereka lihat

you going to be ok.

another timeline, another life.