the last person I was thinking about before I go to bed.

Ini aku tulis untukmu yang namanya tak akan lagi aku sebut. Perjalanan kita akhirnya selesai setelah semuanya berjalan di tempat. Aku dan kamu yang tak berujung menjadi kita. Aku dan kamu yang akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan hidup masing-masing.

Pertemuan kita seolah sudah diatur semesta. Semua terancang mudah seakan memang sudah jalannya. Tapi ternyata badai menghancurkan semuanya. Rasa yang tumbuh perlahan seolah hilang hanya semalam. Teriakan masih membekas di tenggorokan, sembab di mata masih membekas, dan dirimu sudah pergi dari dekapan.

Aku dan kamu yang terlalu sibuk dengan dunia kita masing-masing tanpa ada yang sadar bibit curiga mulai tumbuh. Ia menjadi gulma di pohon yang kita tanam sejak lama. Semua resah membaur tanpa kejelasan yang padahal kita sudah tahu bagaimana cara untuk menjawabnya.

Aku ikut andil memupuk luka untukku sendiri sedangkan dirimu punya tanggung jawab merawat lukaku. Jarak yang tadinya tak jadi masalah kini menjelma menjadi alasan mengapa tak ada temu yang mungkin penghancur curiga.

Setelah semua berakhir, sampai sekarang masih ada kamu di kepalaku. Bukan karena kamu menjadi orang terakhir yang aku chat kalau aku sudah sampai tapi akhir-akhir ini kepalaku kembali mengingat salah satu rutinitas yang biasa aku lakukan sebelum tidur, memikirkanmu.

Ratusan kali aku mempertanyakan pada diriku sendiri. Apa kurangku sampai aku hanya menjadi second choice? Apa aku yang selalu available? Aku yang selalu needy? Atau aku yang terlalu berekspektasi terlalu tinggi? Dimana kurangku sampai aku terbuai dengan janji palsumu? 

Kalau melepaskan bagian dari mencintai, mengapa aku harus bertemu dengan kamu di awal? Bersama membuat cerita, memaksakan dua kepala yang sama kerasnya, dan pada akhirnya semua terhalang oleh alasan yang sebenarnya kita sudah tahu sejak awal. Dari semua itu, kita juga masih bisa saling menyalahkan. Begitu bodoh ya, kita berdua.

Namun kini episode mengagumimu sudah selesai. Semoga ini bukan hanya sepenggal prolog yang akan diikuti kisah penuh teka-teki dan akan berakhir lagi dengan haru. Semoga tatap mataku yang penuh api bisa kembali lagi walau dengan yang lain. Dan semoga semua kebahagiaan yang dulu kita lalui bersama bisa aku rasakan kembali dengan versiku yang lebih dari kemarin.

Mungkin kamu memang hanya hadir bukan takdir dan kini yang kubutuhkan hanya jeda bukan luka. Tuan, terimakasih beberapa waktu ini telah mengisi ruang hati yang sempat kosong ini. Paling tidak karenamu aku sempat merasa dicintai walau semu dan meskipun semesta akan mempertemukan kita lagi, aku akan menghindar, semoga kita tak akan bertemu di kebetulan manapun.

Postingan populer dari blog ini

ada hari yang patut disyukuri.

tangis yang kusimpan sendiri.

semua harus usai malam ini.