maaf, aku belum bisa menjadi rumah yang nyaman untuk diriku sendiri.

Hari ini sebenarnya hari yang sudahku tunggu. Tapi entah mengapa semua yang tadinya menggebu menjadi melambat. Satu persatu menghilang. Semua yang tadinya menghadang ikut melawan.

Aku meringkuk di kamar seorang teman. Aku terpaksa mengungsi karena banyak hal yang aku takutkan. Aku tak berani menatap dan datang ke medan perang. Nyaliku tak sekeras suaraku. Aku lebih memilih bersembunyi ketimbang menghadapinya (mungkin) untuk yang terakhir.

Semua orang akan kalah dalam perang.

Saat ini aku sudah tak peduli siapa yang kalah atau yang salah. Aku hanya ingin menata hati agar aku tak jatuh terlalu jauh lagi. Semua yang berantakan sudah tak bisa lagi aku satukan. Semua yang hilang tak bisa kembali kalau memang bukan aku rumahnya.

Semua yang kusentuh tak ada lagi rasanya. Semua yang kugenggam malah pergi menjauh. Melihat mukanya lagi setelah sekian lama tak bertemu serasa menguji adrenalin. Seluruh tubuh mengejang seolah tahu hatiku. Degub jantung tak mau berhenti. Seharian sibuk memperhatikan jam berharap hari lekas usai. 

Setelah semua yang terjadi, aku percaya kalau semua orang berwarna abu-abu. Tak ada dari mereka yang berwarna putih atau hitam setelah mereka membaur menjadi satu di proyek. Mereka yang awalnya berwarna putih akan menjajal dunia hitam. Walau kadarnya berbeda, toh mereka akan menjadi keabuan. Sedang mereka yang berwarna hitam, tak mungkin selamanya hitam. Ada beberapa sisi yang masih berwarna putih kembali lagi, dengan kadar yang berbeda juga.

Bahkan, setelah raganya menjauh aku masih merasa ada yang mengikutiku. Kadang berupa sekelebat bayangan hitam atau sesosok bayangan yang menunggui tidurku. Aku tak tahu ini hanya halusinasi atau memang kenyataan. Hanya segelintir yang percaya dengan ocehanku. Apalagi aku hanya berani bilang kalau aku sudah memastikan kalau aku melihatnya benar secara sadar.

Mulutku selalu kalah. Ia tak pandai bersilat apalagi menjilat. Aku yang diam tetap terasa salah. Apalagi aku yang bicara terlambat. Semua orang terlanjur tahu versinya dan aku yang lambat hanya menyisakan sesal. Namun satu hal yang aku syukuri, aku jadi tahu siapa yang benar-benar kawan.

Postingan populer dari blog ini

ada hari yang patut disyukuri.

tangis yang kusimpan sendiri.

semua harus usai malam ini.