tangis yang kusimpan sendiri.

Sampai sekarang aku masih belajar bagaimana cara meluapkan sedihku. Aku tak pernah menangis di depan seseorang. Aku tak tahu mengapa air mataku malu pada matahari sampai ia harus lelah menanti gulita. Aku tak mengerti mengapa ia begitu kuat tertahan padahal sesak di dada sudah tak sanggup di rasa.

Hatiku koyak tercabik keadaan tapi mulutku selalu bilang tak apa. Entah mengapa sulit berkata yang sejujurnya tentang perasaan. Aku tak terbiasa bicara apa adanya tentang apa yang aku rasa. Suara berisik yang hanya ada di kepala tak bisa aku redam. Semua seakan berputar di situ saja.

Siangku lelah dengan kesibukan tapi malamku diteror dengan rasa kesepian. Rutinitas, menu makanan, dan topik pembicaraan yang mulai membosankan menjadi bahan bakar overthinkingku.

Sulit untuk melepas topengku satu-persatu. Ikatan mereka terlalu kuat di bibirku. Aku langsung merasa bersalah ketika lupa mengenakannya sebelum bangun dari tempat tidur. Aku tak berani melepaskannya barang sebentar sebelum semua orang terlelap. Aku ingin semua orang menikmati jenakaku tanpa tahu dukaku.

Kala mentari bersinar, aku merasa aku yang paling menang tapi saat banyak bintang menemani aku merasa selalu kalah di semua pertarungan yang kadang datang berulang. Aku selalu berharap semua berjalan mengikutiku tapi nyatanya aku sendirian tergerus arus. Semua yang kuingin tak pernah datang. Mereka hanya membuaiku lalu hilang tak tahu kemana.

Hari ini aku berada di kasur seharian. Aku berhasil melepas topeng itu ketika aku sendirian. Tapi mengapa hanya air mata yang menemaniku? Mengapa tak ada telinga yang mau mendengar ceritaku seperti telingaku yang selalu setia di tengah cerita orang lain?

Mulutku tak berani untuk meminta pertolongan. Aku selalu merasa bukan siapa-siapa. Seharian mengurung diri membuat kepalaku semakin berat. Aku paling ahli melakukan semua ini. Hilang tanpa ada kabar dan muncul semauku seperti tidak terjadi apa-apa.

Bertahun aku berusaha mengekspresikan perasaanku tapi gayung tak pernah bersambut. Hingga sekarang aku mati rasa. Sedihku hanya aku anggap angin lalu. Aku menjadi sama sekali tak mengenalnya.

Ceritaku tak lebih menyedihkan dari yang lain hingga mereka merasa aku tak pantas untuk menyeritakannya. Apa yang terjadi padaku hari ini, sudah pernah mereka rasakan di masa lalu. Apa yang terjadi besok kalau aku belum siap memakai topengku kembali? Apa mereka tetap mau menerima aku setelah mereka melihat tangisku?

Bila kalian pikir aku selalu baik-baik saja, kalian salah. Aku sama seperti kalian, manusia biasa. Bedanya, aku pandai menyimpan tangisku sendiri.



Postingan populer dari blog ini

ada hari yang patut disyukuri.

semua harus usai malam ini.