semoga yang tak kunjung sampai.

Aku mencoba sekuat tenaga menghentikan segala imajinasi liar. Detak jantung semakin kencang tiap kali notifikasi berbunyi belum lagi getaran ponsel yang semakin membuatku gemetar. Tanda-tanda ini muncul kembali. Semua yang sudah pernah kukubur kembali bangkit dari liangnya. Ambang warasku samar. Jam tidurku semakin kacau. Hari yang biasanya kulalui biasa saja menjadi mencekam. Suasana damai di kantor namun tidak dengan isi kepala yang meracau. Aku takut halusinasi ini berubah menjadi ekspektasi yang tak direstui semesta dan membuatku semakin menggila.

Di sela gelisah, aku tetap mengalihkannya untuk bekerja. Dalam kebisuan, aku berusaha menata hati yang tak tahu apa maunya. Mungkin sebentar lagi ini semua akan selesai. Mungkin besok aku sudah kembali atau mulai terbiasa. Tiap hembusan nafas selalu terasa salah. Tiap gerak selalu ada mata yang mengintai.

Aku ingin segera lepas dari perasaan ini. Rasa yang tidak bisa aku bilang sedih atau marah. Rasa yang  kadang bisa mendorong emosiku untuk meledak namun kadang menumpahkan air mata yang terlalu banyak. Di sisi lain aku tak tahu apa yang sedang aku hadapi. Diriku sendiri atau sesuatu yang tak terlihat mata.

Kadang jika aku sedang waras, aku sibuk menjejalkan pikiran positif kalau semua ini akan berakhir, semua yang baik akan berakhir baik pula, semua yang sudah kamu lakukan akan segera menemukan ujung cerita. Nyatanya, lukaku sudah sempurna. Perasaanku lebih sering rapuh. Semua yang aku anggap biasa saja tak kuat menahan lawannya.

Tidur yang aku anggap obat kini menjadi barang langka. Mataku yang berat tak membuat aku hilang. Kepalaku terus berputar mencari jalan yang gelap. Esok kembali dan aku masih dengan pikiranku yang semakin kacau.

Postingan populer dari blog ini

ada hari yang patut disyukuri.

tangis yang kusimpan sendiri.

semua harus usai malam ini.