masih ada yang peduli aku?

Hari ini katanya kamu punya teman. Tapi kamu malah makan sendirian di tempat biasa kita membicarakan kehidupan. Kamu yang jarang meminta untuk ditemani makan, mengecek ombak untuk pertama kalinya. Kamu menahan napas, berharap jawaban sesuai yang ada di kepala. Ternyata masih ada yang menganggapmu sebagai teman. Label itu tidak bertepuk sebelah tangan.

Kamu masih tenang sepanjang perjalanan pulang. Paling tidak nanti malam aku tidak merasa sendiri. Kamu yang sudah mengangkasa tidak ingin terjatuh. Kamu mengikat erat semua yang bisa kamu genggam. Namun semakin erat kamu menggenggamnya, semua berhamburan seperti pasir. Semua pergi satu-persatu. 

Kamu tak tahu mengapa ketika aku yang punya suara semua senyap. Namun ketika kamu hanya menjadi pengikut, semua berjalan lancar begitu saja. Apa ini hanya perasaanmu saja.

Kamu masuk ke dalam grup tetapi tidak satu circle.

Duduk sendirian di tengah keramaian kedai kopi ini seperti mengingatkan kalau pada akhirnya, kamu akan sendirian. Tak peduli seberapa banyak temanmu, seberapa luas circlemu, atau seberapa banyak tawa yang kamu umbar. Semua hanya ingin kehadiranmu ketika kamu punya sesuatu yang menguntungkan untuk mereka.

Awalnya kamu akan berkata tak mungkin. Namun semakin kesini dan melihat kenyataannya, semua semakin jelas. Kamu hanya tumbal. Kamu hanya cctv yang ditaruh di sudut ruangan dan akan diajak bicara ketika mereka butuh informasi. 

Apa mereka peduli dengan perasaanmu? 

Apa mereka peduli dengan kehadiranmu? 

Apa mereka peduli dengan pendapatmu? 

Tidak ada satupun yang kamu jawab iya, kan? Dan kamu masih tidak percaya dengan hati kecilmu itu. Ketika kamu butuh teman bicara, semua menjauh. Namun sebaliknya ketika mereka sedang goyah dengan hidupnya, kamu selalu ada dan bersedia datang walau kamu harus melewati badai di kepalamu sendiri. 

Lepas topeng senyummu itu satu persatu. Jangan paksa bibirmu untuk tersenyum walau sebenarnya kamu sudah lelah dengan yang kamu hadapi. Menangislah kalau itu bisa melegakan hatimu. Dunia memang kejam, yang mengaku kawan belum tentu akan datang menyelamatkan. Kamu harus berani menghadapi pertempuranmu sendirian.

Jangan sungkan menolak jika memang kamu merasa sudah tak sejalan. Berteriaklah tanpa menunggu kamu terhimpit. Belajar untuk sedikit tega. Apa yang ada di kepalamu bukan berarti salah. Hati yang kamu jaga, tidak menjagamu juga. Kamu yang selalu mencoba mengerti tak selamanya dimengerti.

Rasa tidak enakmu itu perlahan melahap suaramu. Pelan, senyap, dan tidak berasa. Semua yang ada di kepalamu sirna karena rasa tidak enakmu. Kamu memupuk rasa tidak percaya dirimu.

Sekarang kamu menuai semua yang kamu tanam. Suaramu tak pernah dianggap ada dan kamu hilang dalam kesendirianmu. Tangis semakin tak terdengar dan gema suaramu menghilang.

Postingan populer dari blog ini

ada hari yang patut disyukuri.

tangis yang kusimpan sendiri.

semua harus usai malam ini.